Batu Bara, Ucup News.com
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sepanjang tahun 2023 kembali melakukan pengembangan budidaya kawasan Mangrove di Pantai Sejarah Kabupaten Batu Bara.
Revitalisasi dan pengembangan kawasan mangrove merupakan salah satu program peningkatan perekonomian masyarakat di Kab. Batu Bara pengembangan Pariwisata dan Konservasi Pantai melalui penanaman mangrove dan perlindungan satwa langka.
Corporate Secretary Inalum Mahyaruddin Ende menyebut bahwa program ini merupakan yang berkelanjutan sejak tahun 2020, bahwa program tersebut memberikan solusi konkrit 3 masalah besar di kawasan pesisir Pantai Sejarah yaitu Prostitusi, Abrasi, dan Ketimpangan Ekonomi.
“Inalum sebagai perusahaan menyadari bahwa pesisir Pantai Batu Bara merupakan kawasan vital bagi masyarakat nelayan dan ekosistem lingkungan,"ujar Ende, Selasa (16/01/2024).
Oleh karena itu, Inalum melaksanakan program berkelanjutan sejak 2020 dan berharap bisa menjadi solusi untuk 3 masalah besar di kawasan tersebut dan berharap, program itu bisa terus berjalan dan seluruh elemen masyarakat mendukung program kebaikan.
Berjalan sejak tahun 2020 dengan fokus utama adalah Penanaman Mangrove, di tahun 2021, Inalum mulai berinovasi untuk menciptakan kawasan wisata mangrove. Selanjutnya pada tahun 2022, melakukan pengembangan Batik Mangrove dengan ibu - ibu dan perempuan sebagai pihak yang diberdayakan.
Pada tahun 2023, Inalum juga melakukan inovasi lanjutan demi menciptakan kawasan wisata yang komprehensif dan lengkap secara pelayanan.
Selama 4 tahun program berjalan, Inalum telah memberikan solusi atas 3 masalah krusial di Kawasan Pantai Sejarah yaitu Prostitusi, Abrasi, dan Pertumbuhan Ekonomi.
Dikatakan Ende, Program ini secara penuh mendorong masyarakat untuk menghilangkan prostitusi dari kawasan tersebut dan menjadikannya kawasan ramah keluarga.
"Program ini juga berhasil memberikan perlindungan dari abrasi laut dengan penanaman mangrovenya, terakhir Inalum berhasil melakukan peningkatan ekonomi masyarakat pascapandemi Covid - 19 dengan program - program inovasinya di kawasan tersebut," ungkap Ende.
Dimana, Program yang dilakukan Inalum dilaksanakan dengan kolaborasi dan sinergisitas lintas disiplin ilmu, hal tersebut dikarenakan industri pariwisata memiliki kompleksitas dan hanya bisa dijawab dengan kolaborasi.
Dalam eco - wisata dan konservasi perusahaan banyak memberikan sharing knowledge, diantaranya; HSE mendorong efektifitas penanaman mangrove. Kemudian ilmu teknik sipil dengan lanscaping dan pengembangan destinasi. Lalu Humas dan IT dengan pemasaran digital destinasi wisata.
Konservasi mangrove telah berhasil menjaga areal hutan mangrove eksisting seluas 15 ha, dan melakukan penanaman bertahap selus 5 ha, selain itu KTCA juga terlibat dalam penyediaan bibit mangrove untuk ditanam di Pantai Jono, Desa Lalang dan di Pantai Asahan. Ekosistem Mangrove memiliki kemampuan efektif dalam menyerap CO2 hingga 871,9 Ton CO2/ha/tahun.
Selama 4 tahun berjalan terdapat beberapa pencapaian yang berhasil dilakukan antara lain: -
Penanaman 51.000 Bibit Bakau (Rhizophora Stylosa). Konservasi 20 ha lahan mangrove dan perluasan konservasi di Pantai Jono, Desa Lalang dan Pantai di Kab. Asahan.
Menghasilkan akumulasi hingga Rp 910 juta per tahun untuk pariwisata yang melahirkan 70 UMKM baru di Pantai Sejarah (pendapatan Rp 150 - 200 ribu/bulan). Total kini sudah lebih dari 40 orang yang bekerja sebagai pengelola wisata Batubara Mangrove Park.
Kemudian ada pula kelompok UMKM beranggotakan 20 orang, Membatik 20 orang, Tunjang Bakau 15 orang, dan Silvo Fishery 20 orang. Belum lagi termasuk pekerja yang dibayar harian jika hari-hari libur dan kunjungan meningkat.
Selain itu, Inalum dan KTCM juga berkolaborasi dalam memberikan keterampilan baru “membatik” bagi 20 orang perempuan sekaligus memberikan keterampilan digital marketing pada Kelompok Tani Cinta Mangrove (KTCM) Kolaborasi bersama 2 Kelompok Konservasi (KTCM dan Ikatan Mahasiswa Batu Bara (IMABARA)) melahirkan Kelompok Kerajinan Batik (Batik Bunga Mangrove)
Kini wajah Pantai Sejarah sudah jauh berubah. Inalum pun mengusulkan Namanya diubah menjadi Batubara Mangrove Park (BBMP). Usulan itu diterima Masyarakat.
Jumlah kunjungan pun terus meningkat. Hari biasa rata-rata 100 pengunjung, jika weekend mencapai 1.500 hingga 2.000 pengunjung. Bahkan saat libur hari besar mencapai 5.000 pengunjung. (Suf)
0 Komentar